Selasa, 28 November 2017

Menyiapkan Ruang Mengekspresikan Diri

Menyiapkan ruang berekpresi bagi pencinta alam merupakan alternatif dari pada sekedar bertanya : Apa peran pencinta alam terhadap........???? Sekedar melontar gagasan-gagasan brilian tanpa berbuat lebih lanjut. Atau mengkrik, menggugat dan yang sejenisnya habis-habisan tentang keberadaan pencinta alam. Bukan berarti hal diatas tidak penting. Tetap penting dan hal diatas bermanfaat untuk menjadikan pencinta alam menjadi lebih baik.

Perhimpunan SANGGABUANA hanya mencoba mengisi sedikit ruang dari dari sekian banyak ruang-ruang yang ada yang telah terisi.  Banyaknya ruang, membutuhkan banyak upaya tentunya. Lalu siapa yang akan mengisi ruang-ruang tersebut? Tentu kita tidak akan bisa berharap lebih terhadap orang yang sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan dunia kepencinta-alaman. Sebaliknya, instan pencinta alam sendirilah yang harus mengisi ruang-ruang tersebut.

"Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata". Begitulah WS Rendra menuangkan dalam bait pusinya yang ditulisnya 33 tahun yang lalu. selanjutnya menjadi bagian lagu Kantata Takwa "Paman Doblang", 6 tahun berikutnya. Ya.... pada banyak hal, tidak cukup kata-kata dapat merubah keadaan. Namun tidak sedikit, serangkaian kata-kata mampu menggerakan rakyat merubah keadaan. Namun, kata-kata yang diikuti perbuatan, tentu lebih jauh lebih baik. Konsisten, apa yang diucapkan juga dilakukan.

Kesadaran adalah matahari,
Kesabaran adalah bumi,
Keberanian adalah Cakrawala
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
W.S. Rendra, 22 April 1984


Rangkaian kata indah yang diciptakan bertepatan dengan hari bumi begitu lekat dengan jiwa sang pencinta alam. Kesadaran kritis yang terbangun akan laksana matahari. Memancar anggun pada pagi dan sore hari, namun bisa menjadi beringas pada siang hari. Membakar sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidak adilan, kesewenang-wenangan atas alam yang telah tersusun begitu indah, serasi dan seimbang. Kesabaran adalah bagian yang harus dijaga. Namun kesabaran itu akan ada batasnya. Laksana bumi, saat hutan dijarah, digunduli. Saat sungai dicemari dan dirusak sistemnya. maka kesabaran bumi akan habis dengan menumpahkan amarahnya. Banjir dan longsor adalah salah satunya. kebakaran hutan, atau bahkan ancaman kehancuran bumi karena pemanasan global.

Keberanian adalah Cakrawala. keberanian adalah anugrah illahi yang dimiliki oleh setiap mahluk hidup. Dia akan tumbuh jika dilatih, dipupuk dan dikembangkan. Singa si raja hutan yang secara alami sebagai top predator, jika tidak didik untuk berani dan mengembangkan diri keberaniannya -  akan tumbuh bak kucing peliharaan. Hilang insting berburu dan menaklukan binatang buruannya. bahkan, sang singa akan memiliki ketakutan seperti yang kita saksikan pada adegan sirkus keliling.

Keberanian lah yang meloloskan negeri ini dari penjajahan. Keberanian juga lah yang menghantarkan banyak komunitas mempu mengalahkan perusahaan raksasa perampas sistem penghidupannya. Keberanian yang terbangun kolektif juga yang mengangkat drajat banyak orang pada puncak kekuasaan. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. sebuah kalimat penutup yang merangkum seluruh rangkaian kalimat indah itu. Tanpa upaya kongkrit, kata-kata hanya barisan kalimat yang tidak akan mampu merubah apapun. 

Perhimpunan SANGGABUANA mencoba mengekspresikan empat rangkaian kalimat indah Sang Burung Merak. Mencoba mengaktualisasikan kata-kata dalam bentuk aksi nyata. Aksi yang paling mungkin dapat dilakukan secara bersama-sama dalam bentuk kemitraan setara.

Mendialogkan (kembali) Harimau Jawa dan Keberlanjutan Hutan Jawa adalah kegiatan kolaboratif Perhimpunan SANGGABUANA setelah hampir satu tahun bergumul dengan berbagai kegundahan untuk memulai aksi nyata. Berbagai ide yang membutuhkan banyak biaya terpaksa dikesampingkan. Bersama ASTACALA Telkom University, KAPPALA Indonesia, Kedai Jatam dan TPPFJ menjadi langkah awal. Respon luar biasa dari berbagai kalangan memicu gelola sebagai pencinta alam kembali menggeliat. Paska dialog, obrolan pun berlanjut. Dan bangkit kembali lah gagasan lama untuk melanjutkan Ekspedisi Pencinta Alam Harimau Jawa yang sempet vakum 11 tahun, yang terakhir pada tahun 2006 di wilayah Gunung Ungaran.

Menjemput Harimau Jawa menjadi tema Ekspedisi yang akan digelar di TN Ujung Kulon, Provinsi Banten. Kolaborasi pun diperluas dengan melibatkan organisasi pencinta alam; ASTACALA Telkom University, MAPALASKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, KPLH RANITA UIN Syarif Hidayatullah merupakan tiga komponen yang sebagai bagian penyelenggara. selain WALHI, KAPPALA Indonesia, TPPFJ dan Perhimpunan SANGGABUANA sebagai organisasi yang juga merupakan para aktifis pencinta alam juga. Kolaborasi akan terus dibuka sebagai bagian dari penyelenggara Ekspedisi yang akan dilakukan selama 13 hari, 26 Juni - 08 Juni 2018. 

Lagi-lagi, keterkejutan kembali terjadi. Baru saja diposting melalui Facebook tentang rencana ekspedisi pencinta alam, 200 orang dari berbagai latar belakang menyatakan ketertarikan menjadi bagian dari Tim Ekspedisi. Dan sampai saat ini, respon terus terus mengalir.  
Kekaguman ini tidak hanya besarnya respon positif atas kegiatan ini, tapi juga beragam tingkatan. Siswa Pencinta alam (SISPALA) sebagai organ pencinta alam tingkat SMA tidak sedikit yang menyatakan diri untuk dapat terlibat. Demikian juga dengan komposisi jenis kelamin. Cukup banyak perempuan yang tertarik terlibat. apakah hanya itu -  tentu tidak. individu yang bukan anggota pencinta alam pun cukup banyak yang memaksa untuk ikut terlibat.

Sebelumnya, Perhimpunan SANGGABUANA juga diberi kesempatan untuk terlibat menyiapkan materi dan proses Kenal Medan Lingkungan Hidup (KMLH) dalam TWKM XI di Jakarta bersama WALHI Nasional. respon luar biasa pun ditunjukan pencinta alam dalam KMLH yang berlokasi di Pulau Pari. Pengenalan analisis mengenai dampak lingkungan kaki telanjang (AMDAL Kijang) dinilai penting untuk dikuasai pencinta alam. sebuah metode yang dikenalkan WALHI dalam meningkatkan peran masyarakat menghadapi proyek yang berpotensi merusak lingkungan.
Masih ada PR untuk menyiapkan Modul AMDAL Kijang untuk pencinta alam yang rencananya akan diselesaikan bersama para fasilitator KMLH.
 
Sekalipun respon positif ini belum menunjukan bukti sebagai bentuk keberhasilan, namun cukup memantapkan pilihan Perhimpunan SANGGABUANA untuk terus melangkah. Menyediakan ruang atau media bagi pencinta alam untuk mengekspresikan diri dalam berkegiatan atau terlibat dalam perlindungan dan penyelamatan lingkungan. 

Semoga, langkah kecil ini mendapatkan berkah Sang Maha Pencinta Alam Semesta... Aamiin...

Senin, 27 November 2017

Perhimpunan SANGGABUANA hadir tidak lepas dari fenomena krisis ekologis yang terus berlanjut. Bencana demi bencana akibat krisis ekologis tidak menjadi pembelajaran berharga untuk menjadi titik balik menempatkan lingkungan sebagai dasar kebijakan. Tidak hanya bagi pemegang mandat pemerintahan, baik tingkat Nasional maupun Daerah, tapi kebijakan-kebijakan yang bersifat lokal.

Dimana kah peran pencinta alam dalam perlindungan dan penyelamatan lingkungan?
Pertanyaan tersebut selalu saja muncul dari waktu ke waktu. Mungkin pertanyaan itu telah muncul sejak istilah pencinta alam mulai dikenalkan awal tahun 70-an.

Mempertanyakan peran pencinta alam tidak akan menyelesaikan masalah lingkungan yang semakin berat. Tapi terus menurus mempertanyakan tidak lah sia-sia. Paling tidak, refleksi diri terhadap peran tersebut terdialogkan. Tidak hanya sekedar menjadi renungan bagi individu-individu yang mulai tersentuh atas persoalan lingkungan yang ada.

Hal terpenting adalah, adakah atau sudah cukupkan media untuk mengekspresikan keterlibatan pencinta alam dalam pengelolaan lingkungan hidup? kita mengenal Gladian Pencinta Alam, Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM), Latihan Gabungan (Latgab) dll. Beberapa perguruan tinggi satu "aliran" telah juga mengadakan pertemuan dan latihan bersama. UIN (sebelumnya IAIN) memiliki agenda Musyawarah dan Kenal Medan (MKM), Universitas Muhammadiyan dan UPN Veteran punya agenda latihan gabungan dll. Pada skala wilayah, DI Jogjakarta muncul istilah arisan dengan berbagai bidang kegiatan kepencinta alaman, seperti caving, penjat tebing, gunung hutan dan lingkungan hidup. Hal serupa juga ada kegiatan-kegiatan bersama seperti di Bandung, Jakarta dll. Belum lagi beberapa organisasi kepencinta-alaman (termasuk organisasi hobby atau profesi) juga tidak jarang mengadakan even-even yang menempatkan pencinta alam sebagai kelompok sasarannya.

Apakah media-media tersebut mencukupi sebagai wadah mengekspresikan pencinta alam dalam perlindungan dan penyelamatan lingkungan hidup? Ya, untuk menjaga fungsi ekologis tetap seimbang, melakukan restorasi lingkungan, melakukan pembelaan terhadap lingkungan dari pengrusakan. Apalagi pengrusakan fungsi ekologis tersebut secara nyata menghancurkan wilayah bermainnya pencinta alam itu sendiri. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Tebing dan Goa adalah salah satu wilayah main pencinta alam yang akan berubah menjadi pabrik semen. Gunung-gunung saat ini sedang di sulap menjadi kawasan wisata dengan berbagai fasilitas modern. Sungai-sungai sudah sangat tercemat. Bahkan sungai sendiri menjadi pemicu bencana banjir.

Media berekspresi untuk kegiatan lingkungan hidup berbasis masyarakat... itu lah yang melandasi Perhimpunan SANGGABUANA hadir. Pertanyaan usang tentang "apa peran pencinta alam terhadap lingkungan" tidak harus dijawab dengan kata-kata. Tapi harus dijawab dengan serangkaian aktifitas kongkrit. 

Perjalanan di dunia organisasi non pemerintah, berinteraksi dengan banyak jebolan pencinta alam, menempatkan model organisasi Perhimpunan SANGGABUANA harus berbeda. organisasi Perhimpunan SANGGABUANA  harus mampu memperkuat organisasi pencinta alam yang ada -  bukan malah sebaliknya merebut sumberdaya organisasi tersebut. Kehadiran Perhimpunan SANGGABUANA harus menjadi bagian yang memberi ruang, kesempatan maupun peluang bagi aktifis maupun organisasi pencinta alam saling berbagi, mendukung dan menguatkan yang mengarah pada upaya kongrit pencinta alam dalam pengelolaan LH.

Perhimpunan SANGGABUANA dilahirkan tidak untuk membesarkan dirinya sendiri. Untuk itu, setiap kegiatan Perhimpunan SANGGABUANA, akan membangun kemitraan secara setara, baik dengan personal maupun organisasi pencinta alam, dimanapun, kapanpun dan untuk issue apapun terkait dengan LH dengan paradigma pengurangan risiko bencana.
Visi kami adalah :
"Keadilan Ekologis untuk Kehidupan Bermartabat"
Keadilan artinya, tidak ada satupun mahluk hidup boleh dirugikan dengan alasan apapun. Seluruh mahuluk hidup memiliki hak untuk menjalani kehidupannya secara bertabat. Lingkungan yang baik dan sehat, bebas ketakutan, serta mendapatkan jaminan oleh menjalani kehidupannya secara selaras alam.

Untuk mewujudkan visi tersebut, perlu upaya kongrit instan pencinta alam untuk menggalang kesatuan dan kekuatan dalam kesatuan langkah. Menyiapkan media dan ruang berekspresi organisasi pencinta alam maupun individu pencinta alam dalam upaya penyelamatan dan perlindungan lingkungan hidup melalui : 
- Meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan pencinta alam;
- Membangun kesadaran kritis publik;
- Advokasi 
- Pemberdayaan masyarakat
- Pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna


salam hormat adil lestari

Perhimpunan Sanggabuana
email : perhimpunan.sanggabuana@gmail.com

Menyiapkan Ruang Mengekspresikan Diri

Menyiapkan ruang berekpresi bagi pencinta alam merupakan alternatif dari pada sekedar bertanya : Apa peran pencinta alam terhadap........??...